Institut Pertanian Bogor (IPB) University mengembangkan teknologi kemasan dengan memanfaatkan material nonselulosa untuk lebih mengawetkan bahan makanan di dalamnya. Pakar teknologi industri IPB University, Profesor Farah Fahma di Kota Bogor, Jawa Barat, Senin, menerangkan peran utama kemasan dalam agroindustri adalah mengawetkan dan melindungi produk dari kontaminasi eksternal. Kemasan yang baik harus mampu melindungi produk dari kerusakan kimia, fisik, dan biologis. “Oleh karena itu, bahan pengemas harus memiliki sifat penghalang yang baik terhadap oksigen, uap air, mikroorganisme, dan komponen lainnya,” katanya.
Farah menyampaikan ia bersama tim telah berhasil membuat film nanokomposit pati termoplastik-polivinil alkohol yang diperkuat dengan nanoselulosa. Ia mencontohkan cabai merah uji yang dikemas dalam film pati termoplastik-polivinil alkohol, kesegarannya dapat bertahan hingga 12 hari pada suhu ruang. Pada sistem kemasan aktif, kata Farah, penambahan antimikroba dan antioksidan dalam matriks komposit bertujuan untuk memperpanjang umur simpan produk yang rentan terhadap pembusukan oleh mikroba dan proses oksidasi. Farah menjelaskan nanoselulosa dapat berperan sebagai pengontrol pelepasan minyak atsiri.
Kemasan saset yang memuat butiran komposit silika-alginate-nanoselulosa secara kontinyu melepaskan minyak atsiri kayu manis hingga enam hari dan efektif menghambat mikroba patogen. Di bidang biomedis, lanjutnya, aplikasi selulosa dan turunannya semakin diminati karena bersifat biokompatibel, memiliki toksisitas rendah, mampu mengontrol pelepasan obat, memiliki luas permukaan yang besar, memiliki kemampuan meniru matriks ekstraseluler, dan mudah dimodifikasi. Masker yang dirancang dengan menggunakan nanoselulosa menghasilkan pori-pori yang lebih kecil, sehingga mampu memfiltrasi polutan. Desain masker dengan penambahan agen antimikroba akan menghambat pertumbuhan mikroba penginfeksi saluran pernapasan.