Suara.com – Selain ibadah malam Nisfu Syaban, masyarakat Indonesia memiliki tradisi munggahan untuk menyambut Ramadan. Sebagai negara dengan mayoritas penduduk beragama Islam, bulan Ramadan merupakan bulan yang sangat istimewa. Untuk menyambut bulan puasa ini, Indonesia memiliki tradisi munggahan.
Tradisi munggahan dilaksanakan sebelum bulan Ramadan, tepatnya pada bulan Syaban. Menurut penelitian dari Tata Twin Prehatinia dan Widiati Isana dari Fakultas Adab dan Humaniora Universitas Islam Negeri Sunan Gunung Djati Bandung, munggahan berasal dari kata Munggah yang berarti naik atau meningkat. Secara umum, tradisi munggahan merupakan perubahan ke arah yang lebih baik dari bulan Syaban menuju Ramadan, untuk meningkatkan kualitas iman saat menjalankan ibadah puasa.
Tradisi munggahan diisi dengan berbagai kegiatan seperti ziarah ke makam leluhur atau orangtua, makan bersama dengan tetangga, memberi makanan kepada yang membutuhkan, memberi perbekalan Ramadan kepada orangtua, dan tradisi sidekah. Menu munggahan yang biasanya disediakan di Bandung, Jawa Barat antara lain nasi, rendang, oseng bihun, makanan ringan, wajit, dan uli.
Tradisi munggahan juga melibatkan kegiatan sosial seperti berbagi makanan dengan tetangga, memberi makanan kepada yang membutuhkan, dan melakukan sidekah untuk mendoakan leluhur yang sudah meninggal. Semoga tradisi munggahan ini dapat memperkuat silaturahmi serta persaudaraan di masyarakat Indonesia menjelang bulan Ramadan.