Surplus neraca perdagangan Indonesia terus terjadi untuk yang ke-46 kalinya sejak Mei 2020. Menurut Plt. Kepala Badan Pusat Statistik (BPS) Amalia Adininggar Widyasanti, meskipun surplus tercatat, namun nilainya mengalami penurunan sebesar 1,13 miliar dolar AS menjadi 870 juta dolar AS (sekitar Rp17 triliun) pada bulan Februari 2024. Surplus tersebut didominasi oleh komoditas nonmigas seperti bahan bakar mineral, lemak dan minyak hewani nabati, serta besi dan baja. Di sisi lain, komoditas migas kembali mengalami defisit sebesar 1,76 miliar dolar (sekitar Rp27 triliun) dengan minyak sebagai penyumbang utama. Meski demikian, defisit migas Februari 2024 ini lebih rendah dibandingkan bulan sebelumnya maupun tahun 2023. Amalia juga menekankan bahwa meskipun surplus neraca perdagangan relatif lebih rendah dibandingkan dengan bulan-bulan sebelumnya, namun masih dianggap positif.