IAAI ungkap temuan sejarah peradaban Jakarta dari proyek MRT fase dua

Kami menemukan banyak sekali bukti-bukti peradaban Jakarta di masa lampau, mulai dari pipa terakota yang menandakan sistem pengelolaan air bersih pada masa kolonial, pecahan-pecahan keramik, hingga saluran air pada masa VOC

Jakarta (ANTARA) – Ikatan Ahli Arkeologi Indonesia (IAAI) menguak temuan benda-benda bersejarah bukti peradaban Jakarta yang telah terkubur sekitar 400 tahun dari proyek Moda Raya Terpadu (MRT) fase dua, yang membentang di sekitar Thamrin, Monas, Harmoni, Sawah Besar, Mangga Besar, Glodok, dan Kota.

“Ekskavasi di jalur MRT menjadi langkah penting untuk penyelamatan situs arkeologi yang berharga. Kami menemukan banyak sekali bukti-bukti peradaban Jakarta di masa lampau, mulai dari pipa terakota yang menandakan sistem pengelolaan air bersih pada masa kolonial, pecahan-pecahan keramik, hingga saluran air pada masa VOC,” kata Ketua IAAI Marsis Sutopo di Bentara Budaya Jakarta, Selasa malam.

Ia menyampaikan hal tersebut pada pembukaan pameran “Jakarta dari Bawah Tanah” yang berlangsung di Bentara Budaya Jakarta hingga 29 September 2024 mendatang, dan merupakan hasil kerja sama dengan MRT Jakarta, Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset dan Teknologi (Kemendikbudristek), Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN), Universitas Leiden, Pemerintah Provinsi (Pemprov) Jakarta, dan berbagai pemangku kepentingan lainnya.

“Temuan arkeologis dari penggalian di proyek pembangunan MRT Jakarta kawasan Glodok dan Pintu Besar Selatan misalnya, yang paling banyak, bisa mengokohkan jati diri bangsa. Di abad ke-19 terdapat sistem trem dan stasiun-stasiunnya di jalur tersebut serta jejak-jejaknya terkuak dalam penggalian arkeologis,” ujar dia.

Baca juga: Pemkot Jakpus dan PT MRT bahas dampak pembangunan jalur Fase 2

Ia menyebutkan beberapa temuan diantaranya pecahan gerabah keramik dari hasil penggalian sedalam 2,5-3 meter, hingga batu-bata pada zaman Batavia yang tertanam di sepanjang jalur pembangunan MRT fase dua.

“Dalam pembangunan salah satu ruasnya, MRT melibatkan para arkeolog karena jalur sepanjang Gajah Mada dan Pintu Besar Selatan merupakan bagian dari pusat Kota Batavia di masa lalu, kami mengapresiasi ini karena peranan asosiasi profesi semakin dihargai dari waktu ke waktu,” ucapnya.

Ia juga mengemukakan penemuan-penemuan tersebut masih terus dilakukan dengan proses riset yang lebih mendalam bersama BRIN.

Sementara itu Pelaksana Tugas Kepala Museum dan Cagar Budaya atau Indonesian Heritage Agency Ahmad Mahendra menyampaikan pameran dan diskusi tentang temuan-temuan penting dari proyek MRT fase dua tersebut dapat menjadi pembelajaran tentang interaksi budaya di masa lampau sehingga bisa membangun peradaban yang bisa bertahan hingga saat ini.

“Temuan di Glodok, misalnya, membuat kita bisa berpikir bahwa Glodok itu kan daerah strategis sebetulnya, ada lintas interaksi yang banyak terjadi di situ, itu juga perlu diteliti, bagaimana interaksi budayanya sehingga Jakarta terbentuk menjadi sesuatu yang ada saat ini,” paparnya.

Baca juga: Pulau Onrust disiapkan jadi pusat eduwisata sejarah di Jakarta

Selain itu, menurutnya, pameran tersebut menjadi bagian yang harus dipahami dan diteruskan kepada masyarakat untuk membuka cakrawala pengetahuan, tentang Jakarta.

“Temuan-temuan arkeologis ini tentu berimbas juga memberi pengetahuan seperti interaksi budaya karena tentu tidak mungkin ada struktur kalau tidak ada manusianya,” ucapnya.

Ia menyebutkan setelah dipamerkan benda-benda bersejarah akan diserahkan kepada Dinas Kebudayaan Provinsi Jakarta.

“Sudah diserahkan ke dinas, jadi kami titip untuk dirawat sebagai upaya pelindungan dan pelestarian, agar memberi wajah tentang sejarah Jakarta dan peninggalan yang penting pada generasi muda,” katanya.

Baca juga: DKI lakukan penggalian arkeologi dukung cagar budaya Pulau Onrust

Pewarta: Lintang Budiyanti Prameswari
Editor: Risbiani Fardaniah
Copyright © ANTARA 2024

Source link

spot_img

Hot Topics

Related Articles