Peran perwakilan diplomatik Indonesia perlu diperkuat dalam mencari alternatif pasar ekspor untuk mengurangi dampak perang dagang antara Amerika Serikat, Rusia, dan China. Menurut Direktur Eksekutif Center of Economic and Law Studies (Celios), Bhima Yudhistira Adhinegara, pemerintah Indonesia harus mencari negara-negara alternatif untuk tujuan ekspor dan tidak terjebak dalam konflik besar antara negara-negara besar tersebut. Salah satu langkah yang dapat dilakukan adalah melalui market intelligence, yaitu dengan mengumpulkan dan menganalisis tren pasar di negara tempat perwakilan diplomatik ditugaskan. Bhima juga menyoroti pentingnya kolaborasi dengan atase perdagangan dan KBRI di wilayah-wilayah potensial seperti Amerika Latin dan Afrika Utara.
Meskipun pasar ekspor alternatif seperti Amerika Latin dan Afrika Utara memiliki potensi, informasi mengenai tren pasar dan selera konsumen di kedua kawasan tersebut masih terbatas. Meningkatkan komunikasi dan kerja sama antara para produsen lokal dengan atase perdagangan dan KBRI di wilayah tersebut merupakan kunci dalam menghadapi persaingan perdagangan global. Selain itu, perlu adanya upaya untuk memfasilitasi perdagangan bilateral dengan mempertemukan calon pembeli, penyedia jasa logistik, dan lembaga keuangan yang sesuai.
Dalam situasi perang dagang yang tengah terjadi, upaya untuk menargetkan produk atau komoditas spesifik yang diperlukan di negara-negara mitra perdagangan dapat menjadi nilai tambah bagi Indonesia. Di tengah persaingan dengan produsen komoditas primer lainnya seperti Brasil dan Afrika Selatan, Indonesia perlu memperkuat diplomasi perdagangan melalui perwakilan diplomatik yang efektif dan efisien. Dengan demikian, Indonesia dapat memperluas pasar ekspor dan memitigasi dampak dari ketegangan perdagangan global yang sedang terjadi.