Kurikulum dan pembelajaran adalah dua hal yang saling terkait dan tidak bisa dipisahkan. Kurikulum merupakan suatu rencana yang berisi tujuan, isi, bahan pelajaran, dan cara penyelenggaraan kegiatan pembelajaran untuk mencapai tujuan pendidikan tertentu. Menurut Setiawati (2022), kurikulum bukan hanya program pengajaran, melainkan program pendidikan yang dirancang sebagai bahan ajar dan pengalaman belajar. Di sisi lain, pembelajaran adalah proses interaksi antara peserta didik, pendidik, dan sumber belajar dalam suatu lingkungan belajar. Proses pembelajaran ini membantu peserta didik untuk memperoleh pengetahuan, kemahiran, serta membentuk sikap dan kepercayaan. Kurikulum menjadi pedoman bagi guru dan siswa dalam mengembangkan proses pembelajaran yang efektif dan efisien.
Kurikulum juga menjadi landasan untuk pengembangan bahan ajar, penyusunan materi pembelajaran, evaluasi, dan pengukuran hasil belajar siswa. Lebih dari sekadar bidang studi dan kegiatan belajar, kurikulum mencakup segala hal yang mempengaruhi perkembangan dan pembentukan karakter peserta didik sesuai dengan tujuan pendidikan. Hubungan erat antara kurikulum dan pembelajaran membuat kurikulum menjadi acuan penting bagi guru dan siswa dalam mengimplementasikan proses pembelajaran yang efektif.
Program “Merdeka Belajar” merupakan upaya pemerintah untuk menyempurnakan sistem kurikulum sebelumnya, yaitu Kurikulum 2013. Kurikulum 2013 bertujuan untuk mendorong peserta didik agar dapat melakukan observasi, bertanya, berpikir logis, dan mempresentasikan informasi yang mereka terima. Namun, banyak guru dan siswa yang merasa kesulitan dalam mengimplementasikan Kurikulum 2013. Dengan adanya Kurikulum Merdeka, diharapkan dapat memberikan pembelajaran yang lebih optimal dengan menguatkan kompetensi peserta didik dan memberikan keleluasaan kepada guru dalam memilih perangkat pembelajaran yang sesuai dengan kebutuhan belajar dan minat peserta didik. Seperti halnya program pendidikan lainnya, implementasi Kurikulum Merdeka juga dihadapi dengan beberapa kendala, termasuk keterbatasan dalam sosialisasi pemerintah mengenai kurikulum tersebut, persiapan guru untuk beralih ke kurikulum baru, dan keterbatasan sumber belajar yang masih terpaku pada buku teks dan panduan.
