Menyelami Fenomena Craving Digital di Media Sosial

Dalam era digital saat ini, kebutuhan akan validasi sosial melalui media sosial semakin berkembang. Platform seperti Instagram tidak hanya menjadi alat komunikasi, tetapi juga tempat di mana seseorang dapat mencitrakan diri dan mendapatkan perhatian. Fenomena craving digital merupakan dorongan kuat untuk mendapatkan perhatian melalui interaksi digital, seperti likes, komentar, dan views. Hal ini dapat memengaruhi suasana hati, harga diri, dan produktivitas seseorang secara signifikan.

Dari segi neurologis, craving ini memiliki dasar biologis yang nyata terkait dengan hormon kebahagiaan dalam otak. Perilaku ini juga dapat diinterpretasikan melalui Teori Psikoanalisis Freud, dengan id, ego, dan superego berperan dalam interaksi pengguna media sosial. Terlepas dari aspek biologis dan psikologis, penting untuk menyadari dampak dari craving validation terhadap keseimbangan mental, terutama di tengah krisis kesehatan mental global yang semakin memprihatinkan.

Untuk mengatasi craving digital, langkah-langkah seperti melakukan Digital Detox, membatasi waktu di media sosial, dan merenungkan motivasi di balik aktivitas digital sangat dianjurkan. Demi kesejahteraan psikologis, individu dan institusi perlu meningkatkan literasi digital dan membangun hubungan yang lebih sehat dengan media sosial. Dengan pemahaman yang lebih dalam terhadap perilaku digital dan kemampuan untuk mengendalikan craving, kita dapat menjadikan media sosial sebagai ruang konstruktif yang mendukung pertumbuhan pribadi dan kesejahteraan mental.

Source link

Hot Topics

Related Articles