Imaroh, seorang perempuan dari Dusun Giriloyo, Desa Wukirsari, Imogiri, Bantul, Daerah Istimewa Yogyakarta, duduk tenang di dalam sebuah bangunan joglo, menciptakan motif batik dengan penuh kesabaran dan keahlian. Dia telah mewarisi tradisi membatik sejak usia muda, belajar dari ibunya yang juga seorang ahli dalam bidang ini.
Dengan usia 57 tahun, Imaroh masih setia pada teknik pembuatan batik secara manual. Satu lembar kain membutuhkan waktu berbulan-bulan untuk diselesaikan, tergantung pada tingkat kerumitan dan kehalusan motif yang diinginkan. Semua proses, mulai dari membuat pola, mencanting lilin panas, mewarnai, hingga proses pelorodan dilakukan secara manual dengan teliti dan penuh kesabaran.
Meskipun di tengah pasar yang didominasi oleh tekstil bermotif batik bertarif murah, Imaroh tetap mempertahankan karyanya dengan harga yang sepadan dengan kesulitan dan kerumitan yang dia kerjakan. Meskipun pernah mengalami kecewa ketika harga karyanya ditawar lebih rendah dari seharusnya, dia tetap teguh dalam prinsipnya.
Imaroh tidak hanya menjual batiknya di Galeri Kampung Batik Giriloyo, namun juga memiliki langganan pribadi yang setia. Harga satu potong kain batik tulis hasil karyanya bisa mencapai ratusan ribu hingga jutaan rupiah, tergantung pada kerumitan motif dan tingkat kehalusannya. Meskipun dalam kondisi pasar yang kompetitif, Imaroh tetap memilih jalan yang lambat namun jujur, mempertahankan tradisi membatik secara manual yang telah diwariskan turun-temurun.
Dengan semangat dan keahlian yang dimiliki, Imaroh terus menjaga kelestarian batik tulis dengan penuh cinta dan dedikasi. Karyanya bukan hanya sebuah produk tekstil biasa, namun juga sebuah warisan budaya yang bernilai tinggi. Temukan keindahan dan keunikan batik tulis buatan Imaroh di Galeri Kampung Batik Giriloyo dan rasakan keajaibannya melalui jalinan kain yang penuh makna.