Sudirman mengungkapkan dalam forum diskusi mengenai “Refleksi Seperempat Abad Reformasi” bahwa selama 26 tahun reformasi, Indonesia telah dipimpin oleh 5 presiden. Mereka adalah Habibie, Gus Dur (KH. Abdurrahman Wahid), Megawati (Soekarnoputri), SBY (Susilo Bambang Yudhoyono), dan Jokowi. Menurut Sudirman, kelima presiden ini saling melengkapi satu sama lain.
Sudirman kemudian memberikan gambaran singkat mengenai sosok-sosok tersebut. Dari Habibie yang merupakan seorang intelektual dan ilmuwan yang kemudian terjun ke dunia birokrasi, hingga Jokowi yang merupakan presiden pertama dengan latar belakang dari kalangan biasa. Jokowi diakui Sudirman sebagai presiden yang memperoleh jabatannya melalui proses demokrasi namun dianggap menyuburkan praktik korupsi.
Sudirman juga menyoroti bahwa tujuan reformasi untuk memberantas korupsi, kolusi, dan nepotisme (KKN) serta menghapus dwifungsi ABRI telah tercapai. Namun, dalam 10 tahun terakhir, Jokowi dinilai justru memperburuk masalah KKN dan melemahkan lembaga pengawas seperti DPR dan KPK.
Meskipun kasus korupsi yang melibatkan pejabat pemerintahan tidak dapat langsung dihubungkan dengan Jokowi, namun lingkungan sekitarnya dinilai memperparah praktik korupsi dan nepotisme. Sudirman menegaskan bahwa peningkatan kasus korupsi saat ini terjadi di masa pemerintahan Jokowi.
Sudirman yang pernah menjabat sebagai Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral di era SBY, mengingatkan bahwa maraknya praktik korupsi saat ini seharusnya menjadi peringatan serius bagi pemerintah untuk segera mengambil langkah konkret dalam memberantas korupsi.