Intelijen Berbasis Budaya di Papua: Nofra Sella Ingatkan Tak Cukup Andalkan Teknis

Intelijen Berbasis Budaya dalam Operasi Papua: Nofra Sella Ingatkan Pentingnya Sentuhan Manusia, Bukan Hanya Keahlian Teknis

TRIBUNJABAR.ID, BANDUNG – Sebagai negara multikultur dan multietnis, Indonesia dihadapkan pada tantangan yang kompleks dalam menjaga keutuhan dan integritas nasional. Berbagai permasalahan separatisme kerap muncul di berbagai wilayah, termasuk Papua, yang menuntut pendekatan khusus dalam penanganannya. Dalam konteks ini, penerapan intelijen berbasis budaya menjadi sangat penting untuk mendukung operasi intelijen secara efektif.

Salah satu persoalan separatisme yang masih ada hingga saat ini adalah operasi dari Organisasi Papua Merdeka (OPM).

OPM mulai beroperasi sejak tahun 1960-an dan saat ini berkembang menjadi beberapa kelompok dengan kepemimpinan dan area kerja yang beragam.

OPM tidak hanya mengangkat senjata untuk memerdekakan diri, namun juga menggunakan berbagai langkah propaganda ke berbagai sasaran di dalam maupun luar negeri.

Pemerintah Indonesia sendiri telah melakukan banyak cara untuk menyelesaikan masalah di Papua, mulai dari meningkatkan kehadiran kekuatan keamanan hingga pendekatan-pendekatan yang sifatnya lebih lunak yang menyasar pembangunan dan independensi pemerintahan di Papua.

Intelijen berbasis budaya memungkinkan para intelijen untuk memahami karakteristik sosial, budaya, dan adat istiadat setempat sehingga setiap strategi dan kebijakan yang diambil lebih adaptif terhadap kondisi lapangan. Dengan pendekatan ini, setiap operasi yang dilakukan di wilayah-wilayah yang rentan terhadap konflik, seperti Papua, dapat lebih optimal, mengurangi risiko miskomunikasi, serta meningkatkan kepercayaan masyarakat lokal.

Meski demikian, langkah-langkah tersebut belum mampu menangani aktivitas OPM secara permanen. Salah satu yang penting untuk dikedepankan dalam penanganan masalah di Papua adalah pendekatan yang lebih berbasis pada budaya lokal.

Menurut Nofra Sella, seorang peneliti di Center for International Relations Studies Universitas Indonesia, pemahaman budaya setempat adalah kunci untuk menangani konflik di Papua.

Lebih lanjut, Nofra menekankan bahwa pendekatan berbasis budaya tersebut juga harus diterapkan dalam operasi intelijen di Papua.

“Operasi intelijen di Papua tidak boleh hanya bergantung pada kemampuan teknis atau militer, tetapi juga kemampuan untuk memahami dan menghormati norma-norma budaya yang dianut oleh masyarakat lokal”, kata Nofra melalui ponsel, Minggu (29/9/2024).

Penting bagi pemimpin badan intelijen dan agen lapangan untuk memiliki keterampilan budaya yang mendalam. Mereka harus mampu menyesuaikan pendekatan mereka berdasarkan karakteristik budaya masyarakat yang mereka hadapi.

“Di Papua, aspek budaya sangat penting, karena masyarakat di sana memiliki cara hidup dan perspektif yang berbeda dari wilayah lain di Indonesia,” kata Nofra.

Dalam sejarah penanganan masalah Papua, pendekatan yang sifatnya kultural ini pernah beberapa kali diterapkan.

Keberhasilan pembebasan pilot tidak dapat dilepaskan dari kekuatan pendekatan berbasis kultural dengan pelibatan berbagai pihak yang sentral di masyarakat Papua.

Sumber: https://jabar.tribunnews.com/2024/09/29/peran-pendekatan-budaya-dalam-operasi-intelijen-papua-nofra-sella-jangan-sekedar-andalkan-teknis

Source link

spot_img

Hot Topics

Related Articles