Pemerintah China mengecam keras rencana Amerika Serikat untuk mencabut visa bagi para mahasiswa Tiongkok yang sedang belajar di negeri tersebut di bawah kepemimpinan Donald Trump. Menurut Juru Bicara Kementerian Luar Negeri China, Mao Ning, keputusan AS untuk mencabut visa pelajar China tidak dapat dibenarkan.
Pernyataan resmi dari Menteri Luar Negeri Amerika Serikat, Marco Rubio, menyampaikan bahwa Departemen Luar Negeri akan bekerja dengan Departemen Keamanan Dalam Negeri untuk mencabut visa secara agresif bagi para pelajar China, terutama bagi mereka yang memiliki hubungan dengan Partai Komunis China atau belajar di bidang-bidang penting.
Mao Ning menambahkan bahwa China menentang keras keputusan tersebut dan telah mengajukan protes kepada AS. Dia menyatakan bahwa tindakan politik dan diskriminatif tersebut menunjukkan kemunafikan Amerika Serikat terhadap kebebasan dan keterbukaan, yang dapat merusak citra negara itu sendiri.
Rencana pencabutan visa ini merupakan langkah terbaru pemerintahan Trump terhadap universitas AS dan mahasiswa internasional, termasuk mencabut ribuan visa pelajar, menahan atau deportasi mahasiswa karena aktivisme politik. Keseluruhan, China mendesak AS untuk bekerja sama dalam arah yang sama, berkontribusi pada pengembangan hubungan bilateral yang sehat, stabil, dan berkelanjutan.
China adalah negara asal mahasiswa internasional terbesar kedua di AS setelah India, meskipun jumlahnya menurun akibat ketegangan AS-China dan pandemi COVID-19. Jumlah pelajar China di AS telah berkurang dari 370 ribu pada 2019 menjadi sekitar 277.000 pada tahun ajaran 2023-2024, sedangkan mahasiswa AS di China hanya sekitar 800 pada 2024.Tambahnya, anggota Partai Komunis China mencapai 99,185 juta atau sekitar 7 persen dari total penduduk China, dengan sekitar 2.771 juta di antaranya merupakan mahasiswa.