Seorang pedagang di Pasar Al-Mahirah Lamdingin, Banda Aceh, Maulizar, mengungkapkan bahwa tempe dan tahu biasanya hanya dibeli sebagai selingan, namun kali ini kedua produk tersebut justru diborong oleh para pembeli. Maulizar menyatakan bahwa setiap hari tempe dan tahu yang dijualnya selalu cepat habis, karena para ibu rumah tangga memilih sumber protein nabati tersebut untuk mengatasi kenaikan harga ikan.
Menurut Maulizar, masyarakat Aceh sebenarnya lebih sering mengonsumsi ikan sebagai lauk pauk utama, namun kenaikan harga ikan di pasaran membuat para ibu rumah tangga beralih ke tempe. Ia berharap harga ikan segera stabil dan cuaca menjadi lebih baik.
Di sisi lain, Ratna Dewi, seorang ibu rumah tangga di Banda Aceh, menyatakan bahwa harga bahan pokok seperti beras, bumbu dapur, dan ikan segar mengalami lonjakan harga yang drastis. Ratna menekankan pentingnya mencari cara untuk mengurangi pengeluaran belanjaan dalam situasi ini dan mendesak pemerintah untuk menemukan solusi terbaik.
Kenaikan harga kebutuhan pokok di pasaran telah membuat masyarakat harus mencari cara untuk bertahan dan mencari solusi yang tepat agar dapat memenuhi kebutuhan sehari-hari. Hal ini terjadi juga di Banda Aceh, dimana beberapa kebutuhan pokok mengalami lonjakan harga signifikan seperti ikan tongkol jerebok dan tuna sisik. Harga cabai merah juga mencapai angka yang cukup tinggi.
Semua ini menjadi dampak dari kenaikan harga kebutuhan pokok di pasaran, dan masyarakat di Banda Aceh harus beradaptasi dengan cara mengonsumsi tempe dan tahu sebagai alternatif sumber protein nabati. Kondisi ini membutuhkan solusi yang lebih baik dari pemerintah agar semua lapisan masyarakat dapat memenuhi kebutuhan sehari-hari dengan lebih baik.