Optimisme dari kampung nelayan didukung oleh Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP) muncul setelah Koperasi Samber Binyeri atau pengelola Kalamo menandatangani perjanjian kerja sama (PKS) dengan PT Perikanan Nusantara Jaya, PT PINDAD International Logistik (PIL), dan PT Pelindo. Menurut Dirjen Penguatan Daya Saing Produk Kelautan dan Perikanan (PDSPKP), Budi Sulistiyo, Kalamo Biak menunjukkan kemajuan yang bagus dan siap untuk mengekspor produk tuna.
Dikatakan bahwa Samudra Ulam sedang membangun fasilitas UPI untuk pengolahan fillet tuna dengan merk “Nusa Tuna” yang berkapasitas 300 ton per bulan dan dijadwalkan akan beroperasi pada bulan Juni mendatang. Selain itu, Kalamo juga telah menjalin kerjasama dengan PT PINDAD International Logistik (PIL) dan PT Pelindo untuk memanfaatkan lahan di area pelabuhan sebagai Unit Pengolahan Ikan (UPI).
Pembangunan UPI tersebut merupakan hasil kemitraan antara Ditjen PDSPKP dan PT Pindad International Logistik serta kerja sama antara BUMN, PT Pindad, dan PT Pelindo. Budi menegaskan bahwa UPI akan mematuhi prinsip Good Manufacturing Practices (GMP) dan Sanitation Standard Operating Procedures (SSOP) dalam proses pendaratan ikan di Pelabuhan Pelindo.
UPI akan dilengkapi dengan fasilitas seperti bangunan proses dengan kapasitas 750 ton per minggu, gudang dengan kapasitas 200 ton, serta layanan sandar bongkar dan jasa pengiriman. Target awal penanganan produk ikan melibatkan 43 kapal penangkap ikan berizin nasional serta 1 kapal berizin daerah sebelum dikirim ke Surabaya dan Jakarta.
Sebelumnya, Menteri Kelautan dan Perikanan Sakti Wahyu Trenggono telah mengubah kampung nelayan tradisional menjadi modern dengan menyediakan fasilitas peningkatan produktivitas dan kompetensi masyarakat. Kampung Nelayan Modern tersebut terletak di Desa Samber-Binyeri, Distrik Yendidori, sekitar 40 menit perjalanan darat dari Bandara Internasional Frans Kaisiepo Biak.