Langkah peningkatan produksi nilam Aceh sangat penting mengingat permintaan ekspor terus meningkat setiap tahunnya.
Banda Aceh (ANTARA) – Atsiri Research Center-Pusat Unggulan Iptek Perguruan Tinggi (ARC-PUIPT) Universitas Syiah Kuala (USK) Banda Aceh menyatakan bahwa Kementerian Koperasi dan UKM memberikan Rp15 miliar untuk membantu meningkatkan produksi nilam Aceh.
“Untuk meningkatkan produksi nilam, Kementerian Koperasi dan UKM pada 2024 memberikan anggaran mencapai Rp15 miliar untuk Aceh,” kata Kepala ARC USK Banda Aceh Syaifullah Muhammad, di Banda Aceh, Jumat.
Bantuan Rp15 miliar dari Kemenkop UKM tersebut diberikan kepada lima daerah di Aceh, yakni Kabupaten Aceh Besar, Nagan Raya, Aceh Selatan, Gayo Lues, dan Aceh Tamiang.
“Diserahkan melalui pembangunan rumah produksi bersama penyulingan nilam, di mana pembangunannya akan dimulai pada Juli dan Agustus 2024,” ujarnya.
Baca juga: Kemenkop UKM siapkan pembangunan pabrik nilam skala menengah di Aceh
Syaifullah menyampaikan, industri nilam Aceh saat ini semakin berkembang, dari sebelumnya empat daerah penanam nilam, kini sudah ada 17 kabupaten yang kembali menanam nilam.
“Kondisi ini juga sudah didukung oleh harga minyak nilam (crude patchouli) yang semakin membaik yakni di tingkat petani mencapai Rp1,2 juta sampai Rp Rp1,3 juta per kilogram,” katanya.
Syaifullah menyatakan pula, langkah peningkatan produksi nilam Aceh sangat penting mengingat permintaan ekspor terus meningkat setiap tahunnya.
Ekspor nilam Indonesia pada 2022 tercatat sebanyak 1.400 ton, dan menjadi 1.900 ton lebih pada 2023. Kemudian tahun ini permintaan minyak nilam dari luar negeri ke beberapa perusahaan eksportir juga meningkat hingga dua kali lipat.
“Sebagai contoh untuk permintaan Prancis kepada PT U Green Aromatics International saja juga meningkat dari 15 ton menjadi 30 ton per tahun,” ujarnya.
Karena itu, dalam upaya meningkatkan produksi nilam di Aceh, kata dia lagi, ARC USK sejauh ini terus mensupport para petani dan penyuling nilam dalam usaha pembibitan, budi daya, penyulingan serta pasarnya.
“USK tidak melakukan usaha budi daya dan penyulingan. Karena itu merupakan wilayah masyarakat, sehingga bisa menghasilkan pendapatan untuk petani dan penyuling,” katanya lagi.
ARC USK, kata dia pula, mendukung untuk melakukan purifikasi minyak nilam dari petani dengan penerapan teknologi molecular distillation dan fractionation untuk meningkatkan kualitas nilam menjadi hi-grade patchouli.
Selanjutnya dapat diformulasikan menjadi berbagai produk turunan, seperti parfum, skin care, medicated oil, toiletries, dan lainnya.
“USK juga terlibat intensif dalam transfer teknologi dan community development kepada masyarakat dan UMKM, agar mereka bisa mengembangkan usaha mulai dari budi daya, penyulingan serta produk turunan,” ujarnya.
Selain itu, Syaifullah juga menuturkan bahwa USK juga terus menggalang berbagai kemitraan dan inisiasi kerja sama untuk industri nilam masyarakat dengan pemerintah, BUMN seperti BSI dan Pegadaian, serta NGO international yakni ILO (International Labour Organization).
“Tak hanya itu, USK juga menjalin inisiasi program dengan Kementerian Koperasi, Kemendikbud Ristek, BRIN, Kemendag, dan BIN untuk mengembangkan ekosistem industri nilam Aceh bagi petani, penyuling, anak anak muda, dan UMKM,” demikian Syaifullah.
Baca juga: USK siap bantu KemenKopUKM bangun pabrik nilam di Aceh
Baca juga: Sabang mulai budi daya tanaman nilam untuk tingkatkan ekonomi petani
Pewarta: Rahmat Fajri
Editor: Budisantoso Budiman
Copyright © ANTARA 2024