Badan Geologi Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (KESDM) mengatakan bahwa kegempaan Gunung Awu di Kabupaten Kepulauan Sangihe, Sulawesi Utara, banyak didominasi oleh gempa vulkanik dangkal. Berdasarkan data instrumental, kegempaan Gunung Awu dari 1 hingga 15 April 2025 terdiri dari gempa vulkanik dangkal, gempa vulkanik dalam, dan gempa tektonik jauh. Dalam rentang waktu tersebut, tercatat empat kali gempa frekuensi rendah, 345 kali gempa vulkanik dangkal dengan rata-rata kejadian sebanyak 23 per hari, 16 kali gempa vulkanik dalam, enam kali gempa tektonik lokal, dan 323 kali gempa tektonik jauh.
Muhammad Wafid, Kepala Badan Geologi, menyatakan bahwa energi dari gempa-gempa vulkanik secara keseluruhan menunjukkan fluktuasi berdasarkan nilai perataan amplitudo rekaman gempa RSAM. Meskipun kondisi cuaca dan kegempaan mempengaruhi fluktuasi pada grafik RSAM, kegempaan saat ini menunjukkan sedikit peningkatan pada gempa vulkanik dangkal. Pengamatan visual kawah Gunung Awu juga menunjukkan bahwa tidak ada perubahan signifikan sejak awal bulan Juli 2024, dengan embusan asap kawah yang berkisar antara 10 – 200 meter di atas kubah lava.
Selain itu, gempa vulkanik dalam dan gempa vulkanik dangkal mengalami sedikit peningkatan pada periode tersebut. Rentetan gempa vulkanik dalam dan vulkanik dangkal (Spasmodic Burst) masih terjadi dengan kejadian terbaru pada tanggal 13 April 2025. Dengan masih terjadinya rentetan gempa vulkanik, proses pelepasan tekanan dan peretakan batuan yang terjadi secara cepat dan tiba-tiba masih aktif. Hingga 15 April 2025, Badan Geologi menetapkan status Level II (waspada) untuk Gunung Awu. Menurut Badan Geologi, warga diimbau untuk tidak beraktivitas di radius bahaya Gunung Awu.