Di Pulau Pantar, Kabupaten Alor, Nusa Tenggara Timur, terdapat seorang pria bernama Ruben yang terlihat sibuk menjemur biji buah kenari di halaman rumahnya. Dengan rutin, Ruben meratakan biji kenari basah di atas meja untuk dikeringkan. Aktivitas ini merupakan bagian dari usahanya untuk menjadikan kenari sebagai sumber daya yang memberikan manfaat besar bagi warga di pulau tersebut.
Ruben, seorang lulusan Fakultas Peternakan, bekerja sebagai tenaga teknis lapangan di Dinas Peternakan Kabupaten Alor. Meskipun gajinya hanya Rp400.000 per bulan, Ruben tetap melakukan pekerjaannya dengan penuh tanggung jawab. Keberhasilannya dalam mengolah biji kenari hingga menembus pasar kota-kota besar, menjadi alasan Yayasan Wahana Visi Indonesia dan Asosiasi Petani Kenari Alor membawa media untuk melihat langsung proses pengolahan kenari di rumah Ruben.
Kenari telah mengalami transformasi dari tanaman liar di hutan menjadi komoditas ekonomi yang penting bagi rumah tangga di Pulau Pantar. Badai Siklon Seroja tahun 2021 membawa dampak negatif bagi ekonomi warga, termasuk keluarga Ruben yang bergantung pada hasil tani dan ternak. Namun, berkat pendampingan dari Yayasan WVI dan BRIN, potensi kenari Pantar mulai dikelola secara intensif.
Ruben kini menjadi pengepul kenari yang sukses, membeli biji kenari dari petani dan pedagang setempat dengan harga tinggi, Rp30.000 hingga Rp36.000 per kilogram. Proses pengolahan biji kenari dilakukan dengan cermat oleh Ruben dan timnya, termasuk proses penjemuran, pembersihan, serta pengemasan. Hasilnya, kenari dipasok ke berbagai pasar di dalam dan luar NTT.
Dampak ekonomi dari keberhasilan Ruben juga dirasakan oleh warga lain, seperti Mama Asnad, yang mendapatkan manfaat dari hasil jual kenari untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari. Kenari juga merupakan bagian penting dari kehidupan sehari-hari masyarakat Pantar, dan Pemerintah Kabupaten Alor telah mengangkat kenari sebagai komoditas unggulan yang menjadi bagian dari identitas daerah.
Upaya pelestarian pohon kenari dan dorongan untuk pengolahan kenari di Alor menjadi fokus Pemerintah Kabupaten, dengan harapan kenari khas Alor bisa menjadi produk unggulan yang dapat dipromosikan secara nasional dan bahkan diekspor. Bagi Ruben dan warga lainnya, kenari bukan hanya soal bisnis, tapi juga tentang kemandirian dan keberlanjutan. Mereka berharap suatu hari nanti, kenari Alor bisa bersaing dengan komoditas unggulan Indonesia lainnya.